Kondisi ekonomi yag semakin tak menentu pasti menimbulkan berbagai kekhawatiran di benak masyarakat, bagaimana tidak, kalau kita bandingkan dari tahun ke tahun dengan nominal uang yang sama (i.e IDR 100k), jumlah barang yang kita beli menurun. Sampai kapan kondisi ini berlanjut?
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menekankan perlunya mewaspadai ketidakpastian ekonomi global yang dapat memberikan tekanan terhadap banyak negara di dunia.
"Apakah ada global economic slowdown? Iya, tapi buat saya bukan
itu yang harus kita perhatikan. Yang harus diperhatikan adalah ketidakpastian
ekonomi global yang dapat menjadi ancaman bagi semua negara," ujar Bambang
dalam sebuah pertemuan di Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan, semua pihak baik pemerintah maupun pelaku usaha
perlu bersikap antisipatif dan responsif terhadap perkembangan ekonomi global
yang dinamis.
"Siapa yang sangka China mendevaluasi Yuan, dan diperkirakan
masih akan terus terjadi meskipun dengan cara tersembunyi atau bertahap,"
kata Bambang.
Ia juga menegaskan, kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan kondisi
ekonomi pada 1998, terutama dari sisi fundamentalnya. Saat ini defisit
transaksi berjalan sudah lebih baik dan inflasi terkendali.
"Pada 1998 kita tidak jaga stabilitas makro dan terbuai dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sekarang kita sangat jaga stabilitas,"
ujar Bambang.
Dari sisi perbankan, rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan
cukup baik mencapai di atas 20 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL)
mencapai 2,5 persen.
"LDR (rasio pinjaman terhadap simpanan) juga turun dari 92 persen
menjadi 85 persen, jadi likuiditas ada. Yang belum ada adalah investasi oleh
pengusaha. Saya paham mereka masih wait and see dan khawatir pada pergerakan
dolar," kata Bambang.
Tidak hanya pemerintah yang harus turun tangan untuk menghadapi kondisi ini, semua elemen masyarakat harus turut andil dalam menjaga stabilitas ekonomi, bagaimana caranya? Simak ulasan dibawah ini:
Meskipun banyak
yang meramalkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sekarang ini
tidak akan separah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, tidak bisa
dipungkiri bahwa sebagai seorang profesional (baca: employee di satu
perusahaan) tidak ada salahnya anda untuk mulai mengevaluasi kinerja anda
selama ini.
Jangan pernah sesekali merasa bahwa dengan
bekerja di perusahaan besar atau perusahaan multinasional maka job security
merupakan sesuatu yang bisa diberikan oleh perusahaan sampai anda pensiun
kelak.
Di masa yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, saya
ingin menawarkan beberapa tips yang mungkin berguna agar kondisi krisis ekonomi
tidak menjadi sebuah ancaman tapi justru menjadi sebuah kesempatan bagi
profesional seperti anda (dan juga saya):
1. Ubah
Paradigma
Jangan takut
dengan kondisi krisis ekonomi separah apapun. Syaratnya hanya satu: anda harus
mengubah paradigma bahwa krisis ekonomi bisa memberikan potensi kesulitan bagi
diri anda. Tetaplah berpikir positif, bersikap percaya kepada diri sendiri dan
juga kemampuan anda, namun jaga agar ekspektasi anda tetap realistis di masa
krisis.
Contohnya kalau
anda menjadi korban PHK, sangat penting untuk tetap berpikir positif bahwa anda
pasti bisa keluar dan mengatasi kesulitan ini karena anda percaya kemampuan dan
kompetensi yang anda miliki bisa menjadi aset berharga. Namun jagalah agar
ekspektasi anda tetap realistis dengan tidak terlalu mengharapkan kenaikan
penghasilan bila ada perusahaan yang menawarkan posisi baru kepada anda.
2.
Perhatikan Alur Keuangan Anda
Kalau sebelum
krisis ekonomi anda bisa sangat leluasa dalam memanfaatkan penghasilan yang
anda dapatkan, tidak ada salahnya mulai sekarang anda lebih cermat
memperhatikan alur keuangan anda. Tidak perlu terlalu rumit, cukup catat
pengeluaran harian anda dan dari situ anda akan bisa mengetahui cukup banyak
pengeluaran yang sebetulnya tidak terlalu perlu atau masih bisa ditekan lagi
jumlahnya.
Dari penghematan
yang bisa anda lakukan setiap bulan, sisa uang tersebut bisa anda tabung untuk
keperluan lain yang lebih bermanfaat atau sebagai dana cadangan untuk
berjaga-jaga di situasi darurat.
Saya pikir saran
ini tidak hanya berlaku untuk yang sudah berkeluarga, tapi berlaku juga untuk
anda yang saat ini masih lajang.
3.
Perluas Network dan Selalu Jaga Jalinan Silaturahmi
Dalam pengamatan
saya, masih cukup banyak profesional yang menganggap sebelah mata pentingnya
menjalin network atau menjaga hubungan silaturahmi. Dalam masa krisis seperti
sekarang ini, salah satu cara untuk dapat cepat keluar dari kesulitan adalah
dengan memanfaatkan network yang anda miliki.
Jangan sesekali
membatasi diri dalam menjalin network, semakin luas network anda, semakin besar
pula kemungkinan datangnya bantuan dari berbagai pihak ketika anda membutuhkan.
Bukankah hadist Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa barangsiapa yang ingin
dipanjangkan umurnya dan diperluas rezekinya hendaklah ia menjalin tali
silaturahmi?
4.
Pelajari Kemampuan Menjual
Selling
skill atau kemampuan menjual sering dianggap bukan hal yang penting dengan
alasan bahwa kita tidak berkecimpung di bidang penjualan. Ini merupakan cara
pandang yang kurang tepat, karena tanpa disadari sebetulnya dalam kehidupan
sehari-hari anda sering harus melakukan aktifitas yang dikategorikan menjual.
Perlu meyakinkan
atasan untuk menerapkan teknologi terbaru di kantor? Perlu meyakinkan interviewer
bahwa anda adalah kandidat terbaik yang sangat layak untuk dipekerjakan? Perlu
meyakinkan teman-teman agar mau ikut bergabung dengan anda untuk mencoba warung
soto yang baru dibuka di belakang kantor? Itu semua sebetulnya memerlukan selling
skill yang baik.
Mempelajari
kemampuan yang satu ini juga akan sangat berguna ketika suatu hari nanti anda
memutuskan untuk memulai usaha sendiri. Karena yang paling penting dalam
memulai usaha sebetulnya bukanlah sebuah business plan semata, tapi
justru sales & marketing plan yang cermat.
5.
Mulailah Berpikir Menjadi Spesialis
Dalam kondisi krisis ekonomi seperti
sekarang justru seorang spesialis cenderung dipandang sebagai kandidat yang
lebih kompeten dibandingkan seorang generalis dari kacamata seorang Hiring
Manager.
Sebagai
tambahan, kondisi krisis ekonomi justru merupakan momen yang paling tepat untuk
lebih memperdalam pengetahuan di bidang spesialisasi yang anda pilih. Bila
kondisi keuangan memungkinkan, jangan ragu untuk kembali ke sekolah dan
melanjutkan jenjang studi, atau bisa juga anda mengambil short course
yang relevan maupun menempuh program sertifikasi untuk membuat anda menjadi
seorang spesialis yang lebih diakui kemampuannya.
6.
Berorientasilah pada Solusi dan Hasil Akhir
Pada kondisi
yang tidak menentu seperti sekarang, jangan hanya pandai mengidentifikasi
permasalahan tapi anda dituntut harus pandai pula untuk menemukan solusi dari
permasalahan tersebut.
Cara mudah untuk
menemukan solusi kreatif dari sebuah permasalahan adalah dengan
mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi saat ini, kemudian membayangkan
sebuah kondisi atau hasil akhir yang anda harapkan dimana segala sesuatunya
berlangsung dengan baik tanpa hambatan.
Dari situ anda
bisa merunut atau mengkreasikan solusi-solusi praktis apa yang bisa
direncanakan dan dikerjakan untuk bisa membawa anda keluar dari kondisi saat
ini menuju hasil akhir yang diharapkan.
7.
Pikirkan untuk Mulai Belajar Berwirausaha
Selama tidak
menimbulkan conflict of interest dengan pekerjaan anda, tidak ada
salahnya untuk mulai belajar berwirausaha kecil-kecilan. Belajar berwirausaha
disini bukan berarti semata-mata mengejar tambahan penghasilan, tapi lebih
kepada upaya belajar untuk melihat sebuah usaha dari sudut pandang yang
berbeda.
Bila selama ini
anda terlibat dan melihat sebuah usaha dari sudut pandang seorang karyawan,
percayalah ketika anda berbisnis dan melihat sebuah usaha dari sudut pandang
seorang pengusaha, segala sesuatunya akan berbeda 180 derajat.
Dengan belajar
berwirausaha, tanpa disadari anda akan dituntut untuk selalu kreatif dan
proaktif untuk memajukan bisnis sampingan anda. Tidak perlu modal besar untuk
memulai, malah saya sarankan sebaiknya anda memulai usaha dengan modal tidak
lebih dari 50% penghasilan bulanan yang diterima dari kantor. Bila masih takut
juga untuk memulai, ajaklah beberapa teman yang memiliki visi sama untuk
bergabung dan membangun bisnis sampingan secara bersama-sama.
Dengan memulai
bisnis bermodal kecil, anda akan meminimalisir resiko kesulitan keuangan yang
diakibatkan kegagalan usaha. Tapi disisi lain kalau suatu hari kelak bisnis
anda kemudian berhasil berkembang, pilihan kembali ke diri anda, apakah akan
tetap menjadikannya sebagai bisnis sampingan sementara anda tetap bekerja
sebagai profesional, ataukah anda akan terjun sepenuhnya untuk mengurus usaha
yang anda rintis dan melepaskan status anda sebagai seorang profesional.
Sudah banyak
contoh wirausahawan sukses yang memulai usaha ketika krisis ekonomi melanda,
jadi jangan takut untuk sedikit meninggalkan comfort zone dan mencoba
area baru yang belum pernah anda jajaki seumur hidup.
Kira-kira
ketujuh hal itulah yang sekiranya bisa bermanfaat untuk anda renungkan kembali
ketika krisis ekonomi merontokkan banyak usaha di berbagai belahan dunia.
Dengan
kepandaian mensiasati situasi, maka diharapkan semoga krisis ekonomi ini
bukannya menjadi sebuah momen kehancuran, tapi justru menjadi sebuah momen kebangkitan
bagi kita semua.
Sekian, semoga bermanfaat
http://www.antaranews.com/berita/514584/menkeu-waspadai-ketidakpastian-ekonomi-global
http://suryosumarto.com/apa-yang-harus-dilakukan-di-masa-krisis-ekonomi/