Saturday, August 29, 2015

Uncertain condition of economic

Hi blogger,


Kondisi ekonomi yag semakin tak menentu pasti menimbulkan berbagai kekhawatiran di benak masyarakat, bagaimana tidak, kalau kita bandingkan dari tahun ke tahun dengan nominal uang yang sama (i.e IDR 100k), jumlah barang yang kita beli menurun. Sampai kapan kondisi ini berlanjut?

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menekankan perlunya mewaspadai ketidakpastian ekonomi global yang dapat memberikan tekanan terhadap banyak negara di dunia.
"Apakah ada global economic slowdown? Iya, tapi buat saya bukan itu yang harus kita perhatikan. Yang harus diperhatikan adalah ketidakpastian ekonomi global yang dapat menjadi ancaman bagi semua negara," ujar Bambang dalam sebuah pertemuan di Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan, semua pihak baik pemerintah maupun pelaku usaha perlu bersikap antisipatif dan responsif terhadap perkembangan ekonomi global yang dinamis.
"Siapa yang sangka China mendevaluasi Yuan, dan diperkirakan masih akan terus terjadi meskipun dengan cara tersembunyi atau bertahap," kata Bambang.
Ia juga menegaskan, kondisi ekonomi saat ini berbeda dengan kondisi ekonomi pada 1998, terutama dari sisi fundamentalnya. Saat ini defisit transaksi berjalan sudah lebih baik dan inflasi terkendali.
"Pada 1998 kita tidak jaga stabilitas makro dan terbuai dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sekarang kita sangat jaga stabilitas," ujar Bambang.
Dari sisi perbankan, rasio kecukupan modal (CAR) industri perbankan cukup baik mencapai di atas 20 persen dan rasio kredit bermasalah (NPL) mencapai 2,5 persen.
"LDR (rasio pinjaman terhadap simpanan) juga turun dari 92 persen menjadi 85 persen, jadi likuiditas ada. Yang belum ada adalah investasi oleh pengusaha. Saya paham mereka masih wait and see dan khawatir pada pergerakan dolar," kata Bambang.

Tidak hanya pemerintah yang harus turun tangan untuk menghadapi kondisi ini, semua elemen masyarakat harus turut andil dalam menjaga stabilitas ekonomi, bagaimana caranya? Simak ulasan dibawah ini:


Meskipun banyak yang meramalkan bahwa krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia sekarang ini tidak akan separah krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai seorang profesional (baca: employee di satu perusahaan) tidak ada salahnya anda untuk mulai mengevaluasi kinerja anda selama ini.
Jangan pernah sesekali merasa bahwa dengan bekerja di perusahaan besar atau perusahaan multinasional maka job security merupakan sesuatu yang bisa diberikan oleh perusahaan sampai anda pensiun kelak.
Di masa yang penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, saya ingin menawarkan beberapa tips yang mungkin berguna agar kondisi krisis ekonomi tidak menjadi sebuah ancaman tapi justru menjadi sebuah kesempatan bagi profesional seperti anda (dan juga saya):
1. Ubah Paradigma
Jangan takut dengan kondisi krisis ekonomi separah apapun. Syaratnya hanya satu: anda harus mengubah paradigma bahwa krisis ekonomi bisa memberikan potensi kesulitan bagi diri anda. Tetaplah berpikir positif, bersikap percaya kepada diri sendiri dan juga kemampuan anda, namun jaga agar ekspektasi anda tetap realistis di masa krisis.
Contohnya kalau anda menjadi korban PHK, sangat penting untuk tetap berpikir positif bahwa anda pasti bisa keluar dan mengatasi kesulitan ini karena anda percaya kemampuan dan kompetensi yang anda miliki bisa menjadi aset berharga. Namun jagalah agar ekspektasi anda tetap realistis dengan tidak terlalu mengharapkan kenaikan penghasilan bila ada perusahaan yang menawarkan posisi baru kepada anda.
2. Perhatikan Alur Keuangan Anda
Kalau sebelum krisis ekonomi anda bisa sangat leluasa dalam memanfaatkan penghasilan yang anda dapatkan, tidak ada salahnya mulai sekarang anda lebih cermat memperhatikan alur keuangan anda. Tidak perlu terlalu rumit, cukup catat pengeluaran harian anda dan dari situ anda akan bisa mengetahui cukup banyak pengeluaran yang sebetulnya tidak terlalu perlu atau masih bisa ditekan lagi jumlahnya.
Dari penghematan yang bisa anda lakukan setiap bulan, sisa uang tersebut bisa anda tabung untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau sebagai dana cadangan untuk berjaga-jaga di situasi darurat.
Saya pikir saran ini tidak hanya berlaku untuk yang sudah berkeluarga, tapi berlaku juga untuk anda yang saat ini masih lajang.
3. Perluas Network dan Selalu Jaga Jalinan Silaturahmi
Dalam pengamatan saya, masih cukup banyak profesional yang menganggap sebelah mata pentingnya menjalin network atau menjaga hubungan silaturahmi. Dalam masa krisis seperti sekarang ini, salah satu cara untuk dapat cepat keluar dari kesulitan adalah dengan memanfaatkan network yang anda miliki.
Jangan sesekali membatasi diri dalam menjalin network, semakin luas network anda, semakin besar pula kemungkinan datangnya bantuan dari berbagai pihak ketika anda membutuhkan. Bukankah hadist Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan diperluas rezekinya hendaklah ia menjalin tali silaturahmi?
4. Pelajari Kemampuan Menjual
Selling skill atau kemampuan menjual sering dianggap bukan hal yang penting dengan alasan bahwa kita tidak berkecimpung di bidang penjualan. Ini merupakan cara pandang yang kurang tepat, karena tanpa disadari sebetulnya dalam kehidupan sehari-hari anda sering harus melakukan aktifitas yang dikategorikan menjual.
Perlu meyakinkan atasan untuk menerapkan teknologi terbaru di kantor? Perlu meyakinkan interviewer bahwa anda adalah kandidat terbaik yang sangat layak untuk dipekerjakan? Perlu meyakinkan teman-teman agar mau ikut bergabung dengan anda untuk mencoba warung soto yang baru dibuka di belakang kantor? Itu semua sebetulnya memerlukan selling skill yang baik.
Mempelajari kemampuan yang satu ini juga akan sangat berguna ketika suatu hari nanti anda memutuskan untuk memulai usaha sendiri. Karena yang paling penting dalam memulai usaha sebetulnya bukanlah sebuah business plan semata, tapi justru sales & marketing plan yang cermat.
5. Mulailah Berpikir Menjadi Spesialis
Dalam kondisi krisis ekonomi seperti sekarang justru seorang spesialis cenderung dipandang sebagai kandidat yang lebih kompeten dibandingkan seorang generalis dari kacamata seorang Hiring Manager.
Sebagai tambahan, kondisi krisis ekonomi justru merupakan momen yang paling tepat untuk lebih memperdalam pengetahuan di bidang spesialisasi yang anda pilih. Bila kondisi keuangan memungkinkan, jangan ragu untuk kembali ke sekolah dan melanjutkan jenjang studi, atau bisa juga anda mengambil short course yang relevan maupun menempuh program sertifikasi untuk membuat anda menjadi seorang spesialis yang lebih diakui kemampuannya.
6. Berorientasilah pada Solusi dan Hasil Akhir
Pada kondisi yang tidak menentu seperti sekarang, jangan hanya pandai mengidentifikasi permasalahan tapi anda dituntut harus pandai pula untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
Cara mudah untuk menemukan solusi kreatif dari sebuah permasalahan adalah dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi saat ini, kemudian membayangkan sebuah kondisi atau hasil akhir yang anda harapkan dimana segala sesuatunya berlangsung dengan baik tanpa hambatan.
Dari situ anda bisa merunut atau mengkreasikan solusi-solusi praktis apa yang bisa direncanakan dan dikerjakan untuk bisa membawa anda keluar dari kondisi saat ini menuju hasil akhir yang diharapkan.
7. Pikirkan untuk Mulai Belajar Berwirausaha
Selama tidak menimbulkan conflict of interest dengan pekerjaan anda, tidak ada salahnya untuk mulai belajar berwirausaha kecil-kecilan. Belajar berwirausaha disini bukan berarti semata-mata mengejar tambahan penghasilan, tapi lebih kepada upaya belajar untuk melihat sebuah usaha dari sudut pandang yang berbeda.
Bila selama ini anda terlibat dan melihat sebuah usaha dari sudut pandang seorang karyawan, percayalah ketika anda berbisnis dan melihat sebuah usaha dari sudut pandang seorang pengusaha, segala sesuatunya akan berbeda 180 derajat.
Dengan belajar berwirausaha, tanpa disadari anda akan dituntut untuk selalu kreatif dan proaktif untuk memajukan bisnis sampingan anda. Tidak perlu modal besar untuk memulai, malah saya sarankan sebaiknya anda memulai usaha dengan modal tidak lebih dari 50% penghasilan bulanan yang diterima dari kantor. Bila masih takut juga untuk memulai, ajaklah beberapa teman yang memiliki visi sama untuk bergabung dan membangun bisnis sampingan secara bersama-sama.
Dengan memulai bisnis bermodal kecil, anda akan meminimalisir resiko kesulitan keuangan yang diakibatkan kegagalan usaha. Tapi disisi lain kalau suatu hari kelak bisnis anda kemudian berhasil berkembang, pilihan kembali ke diri anda, apakah akan tetap menjadikannya sebagai bisnis sampingan sementara anda tetap bekerja sebagai profesional, ataukah anda akan terjun sepenuhnya untuk mengurus usaha yang anda rintis dan melepaskan status anda sebagai seorang profesional.
Sudah banyak contoh wirausahawan sukses yang memulai usaha ketika krisis ekonomi melanda, jadi jangan takut untuk sedikit meninggalkan comfort zone dan mencoba area baru yang belum pernah anda jajaki seumur hidup.
Kira-kira ketujuh hal itulah yang sekiranya bisa bermanfaat untuk anda renungkan kembali ketika krisis ekonomi merontokkan banyak usaha di berbagai belahan dunia.
Dengan kepandaian mensiasati situasi, maka diharapkan semoga krisis ekonomi ini bukannya menjadi sebuah momen kehancuran, tapi justru menjadi sebuah momen kebangkitan bagi kita semua.

Sekian, semoga bermanfaat



http://www.antaranews.com/berita/514584/menkeu-waspadai-ketidakpastian-ekonomi-global
http://suryosumarto.com/apa-yang-harus-dilakukan-di-masa-krisis-ekonomi/